Welcome

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam pharetra, tellus sit amet congue vulputate, nisi erat iaculis nibh, vitae feugiat sapien ante eget mauris.

Follow us


Ask a question

Name

Email

Question

Submit

Link Blog

Senarai Blog Saya

Senarai Blog

Sample text


Emel : afraima@yahoo.com..febook : facebook.com/skbangi
.Facebook : facebook.com/skbangi



Blogger

Blogger
Noorhisham Hamzah Sarjana Sosial Islam, Kaunselor SK Bangi, Ijazah Sarjana Muda Indonesia, Ijazah Lanjutan, Drug Abuse, USIM, Emel afraima@yahoo.com

Makam-Makam Nabi

Blogger news

Diri Admin

Noorhisham Hamzah
Emel afraima@yahoo.com
FB facebook.com/skbangi

Blogger templates

Jika terdapat sebarang persoalan untuk dijawab, boleh lah di hantar ke afraima@yahoo.com afraima@yahoo.com

Anda yang Datang

Twitter

Link

Terima Kasih Atas Kunjungan Ilmu dikongsi,ganjaran diharap

ShoutMix chat widget

Pelawat

Halaman

Dikuasakan oleh Blogger.

Twitter

Ads 468x60px

About Me

Teman

Archives

Cari Blog Ini

fb komen

Featured Posts

Ahad, 13 September 2009

Nuurun 'Ala Nuur

Cahaya di Atas Segala Cahaya

nur Nuurun Ala Nur Lewat bait2 yang indah dalam kitab syaraful Anam, Al barzanji mengelukan-elukan kelahiran Muhammad sang Rasulullah SAW. Dengan kagum, Ucapnya, Wahai nabi, dirgahayu engkau.
Wahai Rasulullah SAW,
Sejahteralah engkau.
Wahai kekasih, berbahgialah engkau, berkat dan redha Allah SWT untukmu.

Telah terbit purnama bagi kami dengan kehadiranmu. Maka pudarlah bintang gemintang oleh cahaya mu. Tiada wajah seindah milikmu, kemilau menghamparkan suka ria, di alam semesta. Engkau mentari, engkau purnama, engkau cahaya di atas cahaya, engkau mahkota, engkau pelita.


Wahai keksih Muhamad, terpujilah engkau pendamai timur dan barat. Wahai yang disegani , wahai yang dipatuhi, wahai pemimpin dua kiblat, dahulu dan kini. Betapa beruntung yang dapat menatap wajahmu. Engkau lah bapak dan ibu yang penuh kasih sayang. Bengawannmu jernih, air minum bagi kami di hari kebangkitan.

Kelahiran dan masa kecilnya.

Seorang wanita ayu yang bernama Qatala yang pernah jatuh cinta kepada Abdullah bin Abd Mutalib, pada suatu hari tanpa sengaja berpapasan dengan pujaannya itu. Dengan keheranan ia bertanya, betulkah engkau abdullah putra Abdul Mutalib ?

Pemuda tampan itu menjawab, sudah sangat berubahkah wajah saya, sampai engkau tidak mengenali aku lagi ?

Ya sangat berubah, sahut Qatala. Dulu ada cahaya terang memancar dari keningmu, sekarang telah pudar sama sekali. Engkau tiada beda dengan para pemuda arab lainnya. Adakah sesuatu yang menimpamu?


Abdullah menggeleng, “tidak ada” Kecuali aku sekarang sudah menjadi suami Aminah, dan sebentar lagi aku akan di panggil ayah Aminah bt wahab bin abd Manaf ? Ujar Qatala. Ketika Abdullah mengangguk, wanita itu menambahkan, berbahgialah aminah. Cahaya berderang di keningmu itu ku harapkan bakal masuk ke rahimku seandainya aku berhasil menjadi isterimu. Kini aminahlah yang menerima karunia itu. Anakmu akan memimpin umat manusia sebagai utusan Allah SWT, sambung wanita penelaah kitab2 suci itu.


Abdullah bahkan amat bahagia mendengar kabar nubuwwah itu. Ia TIDAK menyesal telah KEHILANGAN cahaya berderangnya, karena sinar suci itu telah mengeram di benih yang tengah tumbuh dalam rahim Aminah. Mungkin ia pun tidak berduka andaikata tahu, bahawa 2 bulan menjelang isterinya melahirkan, ia harus menghadap Yastrib dalam perjalanan niaganya.

Itulah ketetapan Allah SWT. seorang kekasih Tuhan yang akan hadir di persada bumi, mesti terbiasa menerima cobaan sejak dini. Awal perjuangan seorang pemimpin agung telah dimulai. Awal penderitaanya dan awal kebahgiaan umatnya.

Demikian pada hari senin 12 rabiul awal tahun gajah, bertepatan dengan 29 augus 571 M, lahirlah bayi itu sebagai anak yatim. Detik2 terakhir sebelum ia muncul di alam dunia, ibunya bermimpi mendengar suara ghaib (Maryam dan Ibu Nabi Isa ) yang menyuruhnya memberi nama Muhammad kepada putranya. Maka, kendati abd muthalib sang kakek, telah merancang nama lain,. Amar / Bisikan dari langit itulah yang dipatuhi.


Sudah menjadi kebiasaan bagi para pemuka suku quraisy mempercayakan anak mrk kepada penduduk desa, agar dapat menghirup hawa yang bersih dan lingkungan sehat. Begitu pula muhammad, ia harus dipisahkan dr ibu kandungnya, sementara untuk disusui oleh wanita desa yang jauh dari angkara. Kebetulan saat itu ada 12 orang perempuan badui dari suku Bani Saad yang menunggu anak asuh. Semua pasti mudah memperoleh rezki, kecuali Halimah yang bertubuh kurus. Herannya justru perempuan pucat namun tampak lembut itulah yang dipilih abd muthalib untuk menjadi ibu susunya.

Halimah bercerita , kala itu kami sedang mengalami musim kering yang panjang. Suamiku Harits bin Abdul Uzza tak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Lalu kami turun ke kota untuk mengkais belas kasihan orang. Suamiku mencari pekerjaan, dan aku berharap mendapat anak susuan.


Namun betapa pedih dan malang nasibku. Air susuku terlalu sedikit untuk mengeyangkan bayiku sdiri, bgmn pula bisa mencukupi berdua dg anak orang lain ?


Ya tuhan, alangkah ajaibnya, tatkala ia menaruh Muhammad di gengdongannya, tiba2 buah dadanya mengelembung dan air susunya pun mengkucur melebihi biasanya. Sehingga kedua anak itu tampak puas menghisapnya. Itukah salah satu mukjizat Muhammad? sejak kecil sudah mampu memberikan berkah bagi kaum lemah ?

Kemuliaan Membela Dhuafa.


Di india ada seorang pemimpin yang hidupnya amat sederhana. Ia tdk mau berpakaian kecuali hasi tenunan nya sendiri. Kalau berpergian dg belanja negara, ia memilih naik keretapi kelas tiga. Sampai2 seorang wartawan terperanjat memergokinya. Dg heran , reporter asing itu bertanya, “kalau tdk salah, tuan adh Mahatma Gandhi ?”

Nama saya Karamchand Mohandas Gandhi, ttp rakyat menyebutku begitu. Ada apa? tanya sanga pemimpin yang sedang berada di gerbong jelata itu.


“tuan ini orang besar. Tapi mengapa naik keratapi yang kelas tiga? “ Tanya si wartawan.

Dengan polos Gandhi menjawab, “Karena tidak ada yang kelas empat, “ Jawaban ini jelas menunjukan peribadinya yang mulia. Tapi betapa malang akhir hayatnya. Gandhi wafat tidak di atas ranjang, yang indah, melainkan dihabisi oleh seorang pembunuh. Tragisnya, si pembunuh bukan musuhnya, namun salah sorg murid yang mencintai dan sangat dicintainya, yaitu pengikut agama Hindu fanatik bernama Nathuram Godse.


Tragedi itu terjadi di Taman Birla House di New Delhi, pada upacara sembahyang massal. Dr tengah kerumunan umat yang menyemut, muncul Nathuram Godse yang langsung bersimpuh di lutut Gandhi. Pemimpin bijak itu mengusap kepala sang murid. Tetapi tanpa di duga sebelumnya, Nathuram Godse Mengeluarkan sepucuk pistol dari bali jubahnya. Ia menembak Gandhi tiga kali. Matilah pemimpin besar itu seraya memanggil Tuhannya, “Rama… Rama… “.


Nathuram di tangkap dan diintegrosi oleh yang berwajib. Dg terbata-bata ia mengaku, “Saya bunuh Gandhi bukan karena benci. Saya tembak dia lantaran pemimpin tercinta ia sangat menghormati Nabi Umat Islam yang bernama Muhammad”.

Terekam dalam buku “Mohammad and the Teachings of Qoran” Mahatma Gandhi memuji, “Hazrat Mohammad is the greatest prophet ever known in the world. I shed tears every time I read how he suffered voluntarily for the sake of the humble people. Yang mulia Muhammad adalah nabi teragung yang pernah dikenal atas muka bumi. Saya mengkucurkan air mata tiap kali membaca betapa dia rela berkorban demi kepentingan rakyat jelata”.


Subhanallah. Pantas kiranya jika umat islam lebih mengcintai Rasulullah SAW di atas cintanya kepada diri sendiri. Sebab tiada pemimpin yang berani sengsara untuk keselamatan umat yang dipimpinnya kecuali Muhammad Al Amin (Q.S At-Taubah : 128-129) yang lahir di Makkah dan wafat di Madinah bukan tanah kelahirannya itu.


Napoleon Bonaparte, yang dijuluki Singa Eropa ketika akan mati akibat penyakit malaria di Pulau Elba, yang dipanggil-panggil bukan rakyat Perancis, melainkan kasihnya, Josephine. Demikian juga Adolf Hitler, yang ditudingan telunjuknya bisa menjatuhkan korban ribuan manusia tewas di kamar gas, saat akan mati di sebuah bunker di Berlin yang disebut2 bukan rakyat Jerman. Tetapi gundiknya Eva Braun. Sedangkan Muhammad, pada saat 2 penghabisannya, tatkala lidahnya sudah kelu dan bibirnya sudah berat, yang diseru mll lidahnya adalah, “Ummati….ummati….Umatku…Umatku.”

Maka kuburannya belum kering sesudah jenazahnya di makamkan di masjid Nabawi, isterinya Aisyah berdiri dg khusyu seraya sepasang bibirnya mengguman, “Ya man lam yalbasil harira wa lam yanam ‘alal farsyil watsiri, ya man ikhtaral hashira’alas sariri, ya man lam yasyba’ bathnuhu min hubzis sya’iri, anta lam yanam thulal layalimin khaufis sa’iri alal muznibin.


“Wahai lelaki yang tak pernah memakai sutra selaku pemimpin, dan tak pernah tidur di atas tilam yang emput. Wahai lelaki yang suka beristirehat di dipan yang kasar daripada rajang yang mewah. Wahai lelaki yang sampai saat meninggal mu, perutmu tak pernah kenyang dengan gandum roti yang lezat. Engkau sering tak memicingkan mata beberapa malam karena mencemaskan neraka yang mengancam umatmu yang berdosa”.


Aisyah teringat ketika pada suatu malam rasulullah meronda hingga larut. Karena capek menunggu, ia menggelar tikar dibelakang pintu. Tanpa sengaja ia tertidur lelap. Rasullah sebentar kemudian tiba. Diketuknya pintu pelan-pelan hingga tiga kali. Aisyah tidak terbangun. Rasulullah bukannya menggedor-gedor pintu lebih keras. Beliau mengumpulkan daun0daun kurma kering dan menumpuknya di muka pintu. Lalu dibentankan serbannya, disitulah beliau tidur sampai menjelang subuh.

Betapa agung akhlaknya, betapa mulia namanya. Sungguh celaka orang yang berani memfitnahnya. Seperti Hendrick Willem van Loon yang menulis dalam bukunya “The Story of Mankind” ujarnya “Rupanya ia (Muhammad saw) pernah mengidap penyakit epilepsi dan sangat menderita oleh igauan-igauannya ketika ia bermimpi yang aneh-aneh dan mendengar seolah suara Malaikat Jibrail, yang kemudian nya igauan-igauan itu ditulis dalam sebuah kitab yang dinamakan Al-Qur'an “.


Fitnah ini, dan fitnah2 berikutnya, tidak pernah mampu memadamkan cahaya kesuciannya, karena ia memang cahaya di atas cahaya. Nuurun a’la Nuur. Malah tak sedikit pendeta , pastur, dan uskup serta orang-orang kepala keras berduyun-duyun masuk ke dalam barisannya, barisan pengikut dan pembela satia Sang Rasul Junjungan.

Wahai pemuka para Nabi, wahai Imam para rasul, wahai pujaan yang dikuduskan namamu, dengan bibir-2 kami yang lemah ini, kami bermohon kepada Allah terimalah kami sebagai penganut agamamu. Biarkan kami berikrar dengan teguh, Rhaditu billahi rabba, wabil islami diena, wal bil qur’ani imaman, wa bi muhammadin nabiyyan wan rasulan. Amin.


Dipetik dari Majalah Amanah, hlm.86-88 1994

Banda Aceh.1998

0 ulasan:

Catat Ulasan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...